Minggu, 20 Juli 2014

ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara Terpangkas


Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara tahun 2014. Revisi tersebut dikarenakan tekanan politik di Thailand dan Vietnam serta perlambatan ekonomi di Indonesia.

ADB yang berpusat di Manila, Filipina menyebutkan prediksi ekonomi Asia Tenggara berupa produk domestik bruto (PDB) yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen untuk tahun 2014. Pada bulan April lalu, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara mencapai 5 persen.

Berdasarkan keterangan resmi yang diterima, Jumat (18/7/2014), ADB memperingatkan ketidakpastian hasil pemilihan presiden di Indonesia menghambat, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi investasi asing. Indonesia merupakan ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara.

"Data terbaru menunjukkan Asia Tenggara tengah melunak. Prospek pertumbuhan bergeser. Kami melihat pertumbuhan ekonomi 5,4 persen pada tahun 2015," tulis ADB dalam laporannya.

ADB pun mengestimasikan PDB negara-negara Asia yang terdiri atas 45 negara tidak diubah alias stabil pada posisi 6,2 persen pada tahun 2014 dan 6,4 persen pada tahun 2015 mendatang. "Outlook pertumbuhan untuk kawasan Asia cenderung stabil. Penurunan di Asia tengah, Asia tenggara, dan kawasan Pasifik dapat diseimbangkan dengan pertumbuhan di Asia selatan," kata ADB.

lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tetap 7,5 persen pada tahun ini dan sedikit turun ke posisi 7,4 persen pada tahun 2015. ADB juga memandang akan ada perbaikan di India sejalan dengan terpilihnya PM Narendra Modi yang berhaluan konservatif.


AP II Butuh Rp 6 Triliun untuk "Percantik" Bandara
PT Angkasa Pura II (persero) membutuhkan dana Rp 6 triliun untuk pengembangan terminal, kawasan komersial, landasan, dan aksesibilitas beberapa bandara tahun 2014.

Saat ini AP II sudah memiliki tiga opsi untuk mendapatkan dana tersebut opsinya terdiri dari pinjaman bank, pengeluaran surat utang obligasi dan pelepasan saham melalui Initial Public Offering (IPO).

Menurut Direktur Keuangan AP II, Laurensius Manurung, perusahaan pelat merah tersebut sudah mengundang beberapa bank untuk memberikan pinjaman terkait pendanaan pengembangan bandara tersebut. Bahkan, AP II sudah menerima pinjaman dari Bank Internasional Indonesia (BII) sebesar Rp 1,5 triliun.

“Tahun 2014 kami cari Rp 6 triliun, kami undang beberapa bank seperti BRI,BNI, BCA dan BII, Akhirnya kita yang akan kita pilih adalah BII dengan nilai Rp 1,5 triliun” ujar Direktur Keuangan AP II, Laurensius Manurung di Jakarta, Jumat Malam (18/7/2014). 

Dana ekternal tersebut kata Manurung sudah cukup untuk menambah pembiayaan yang dicari AP II ditahun 2014 ini. Pasalnya, sisa kebutuhan dana tahun 2014 bisa didapatkan dari dana internal perusahaan BUMN tersebut. 

Menurut Manurung, sebenarnya AP II membutuhkan dana kurang lebih Rp 30 triliun untuk pengembangan 13 bandara-bandara yang dikelolanya. Nantinya, dana sebesar itu akan digunakan untuk pengembangan terminal, kawasan komersial, landasan, dan aksesibilitas bandara yang kelola AP II dalam beberapa tahun kedepan. 

“Kami butuh investasi kira-kira Rp 30 triliun. Dana tersebut bisa didapatkan dari internal maupun eksternal,” katanya. 

AP II sendiri mengelola 13 bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping), dan Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang). Lalu, Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang), dan Silangit (Tapanuli Utara).