1. Pengertian Diksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan.
Menurut Hermandra, diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Menurut Gorys Keraf, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Jadi dapat disimpulkan diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan maksud tertentu yang disampaikan dengan gaya yang selaras agar mudah dipahami. Diksi bukan sekedar memilih kata yang tepat, namun harus sesuai dengan nilai yang diakui oleh masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan.
Menurut Hermandra, diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Menurut Gorys Keraf, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Jadi dapat disimpulkan diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan maksud tertentu yang disampaikan dengan gaya yang selaras agar mudah dipahami. Diksi bukan sekedar memilih kata yang tepat, namun harus sesuai dengan nilai yang diakui oleh masyarakat.
2. Syarat-Syarat Ketetapan dan
Kesesuaian Diksi
Ketetapan Diksi adalah sebuah kemampuan sebuah kata untuk menimbukan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara,maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memlih-milih katanya untuk mencapai maksud dari kata tersebut. Berikut syarat-syarat ketetapan diksi :
a. Mampu membedakan secara cermat makna denotasi dan konotasi
Denotatif adalah makna yang sebenarnya dari sebuah kata. Contoh: Dia sedang makan nasi uduk. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna memasukan makanan dalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Contoh : Dia makan waktu banyak untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna menghabiskan waktu.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh : muka, paras, wajah yang bermakna bagian depan kepala, dr dahi atas sampai ke dagu dan antara telinga yg satu dan telinga yg lain.
c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam cara mengeja
Kelompok kata yang memiliki kesamaan bunyi dalam ejaan, namun memiliki tulisan yang berbeda disebut homofon. Contohnya kata “massa” yang bermakna jumlah yang banyak, sedangkan kata “masa” bermakna waktu.
Kelompok kata yang memiliki kesamaan huruf namun berbeda bunyi ejaan disebut homograf. Contohnya kata “apel” bisa bermakna wajib hadir dl suatu upacara resmi atau salah satu jenis buah.
d. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
Kata-kata yang diciptakan sendiri ada 2 macam, yaitu jargon dan slang. Jargon adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi atau kelompok tertentu. Contohnya “sikon” yang bermakna situasi dan kondisi. Sedangkan slang merupakan kata-kata yang tidak baku yang dibentuk sebagai keinginan untuk tampil berbeda, dan jika kata tersebut telah usang maka akan diganti dengan kata yang lain. Contoh kata “keles” yang berasal dari kata “kali” yang bermakna sebagai perbandingan suatu peristiwa.
e. Mampu memahami kata abstrak dan konkret
Kata konkret adalah kata yang mudah dimengerti oleh panca indra. Contoh : kursi, meja, mobil. Sedangkan kata abstrak merupakan kata yang tidak dapat dimengerti oleh panca indra. Contoh : mimpi, khayalan, cinta.
f. Dapat membedakan kata umum dan kata khusus
Kata umum adalah kata yang memiliki cakupan makna yang luas (hipernim). Sedangkan kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih terbatas (hiponim). Contoh kata umum yaitu “melihat”, sedangkan kata khususnya dapat berupa kata “menyaksikan”, “memeriksa”, “melirik”.
Kesesuaian Diksi adalah kecocokan dalam mempergunakan kata, kecocokan pertama tama mencakup soal kata mana yang yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu. Dibutuhkan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, dengan syarat kesesuaiannya :
Ketetapan Diksi adalah sebuah kemampuan sebuah kata untuk menimbukan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara,maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memlih-milih katanya untuk mencapai maksud dari kata tersebut. Berikut syarat-syarat ketetapan diksi :
a. Mampu membedakan secara cermat makna denotasi dan konotasi
Denotatif adalah makna yang sebenarnya dari sebuah kata. Contoh: Dia sedang makan nasi uduk. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna memasukan makanan dalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Contoh : Dia makan waktu banyak untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna menghabiskan waktu.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh : muka, paras, wajah yang bermakna bagian depan kepala, dr dahi atas sampai ke dagu dan antara telinga yg satu dan telinga yg lain.
c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam cara mengeja
Kelompok kata yang memiliki kesamaan bunyi dalam ejaan, namun memiliki tulisan yang berbeda disebut homofon. Contohnya kata “massa” yang bermakna jumlah yang banyak, sedangkan kata “masa” bermakna waktu.
Kelompok kata yang memiliki kesamaan huruf namun berbeda bunyi ejaan disebut homograf. Contohnya kata “apel” bisa bermakna wajib hadir dl suatu upacara resmi atau salah satu jenis buah.
d. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
Kata-kata yang diciptakan sendiri ada 2 macam, yaitu jargon dan slang. Jargon adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi atau kelompok tertentu. Contohnya “sikon” yang bermakna situasi dan kondisi. Sedangkan slang merupakan kata-kata yang tidak baku yang dibentuk sebagai keinginan untuk tampil berbeda, dan jika kata tersebut telah usang maka akan diganti dengan kata yang lain. Contoh kata “keles” yang berasal dari kata “kali” yang bermakna sebagai perbandingan suatu peristiwa.
e. Mampu memahami kata abstrak dan konkret
Kata konkret adalah kata yang mudah dimengerti oleh panca indra. Contoh : kursi, meja, mobil. Sedangkan kata abstrak merupakan kata yang tidak dapat dimengerti oleh panca indra. Contoh : mimpi, khayalan, cinta.
f. Dapat membedakan kata umum dan kata khusus
Kata umum adalah kata yang memiliki cakupan makna yang luas (hipernim). Sedangkan kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih terbatas (hiponim). Contoh kata umum yaitu “melihat”, sedangkan kata khususnya dapat berupa kata “menyaksikan”, “memeriksa”, “melirik”.
Kesesuaian Diksi adalah kecocokan dalam mempergunakan kata, kecocokan pertama tama mencakup soal kata mana yang yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu. Dibutuhkan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, dengan syarat kesesuaiannya :
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan dengan kata tidak baku yang digunkan dalam pergaulan.
Contoh: hakikat (baku) : hakekat (tidak baku)
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
Contoh: kencing (kurang sopan) : buang air kecil (lebih sopan)
3. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
Contoh: sesuai bagi (salah) : sesuai dengan (benar)
4. Menggunakan kata dengan suasana tertentu.
Contoh: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak
5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya ilmiah dan komunikasi non ilmiah menggunakan kata populer.
Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer)
6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.
Contoh : tulis, baca, kerja (bahasa lisan) : menulis, membaca, mengerjakan (bahasa tulis)
3. Elemen Diksi
a. Fonem : satuan bunyi terkecil yg mampu menunjukkan kontras makna
b. Silabel : suku kata
c. Konjungsi : kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat
d. Nomina : kelas kata yg dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak (kata benda)
e. Verba : kata yg menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan (kata kerja)
f. Infleksi : perubahan bentuk kata (dl bahasa fleksi) yg menunjukkan berbagai hubungan gramatika
g. Uterans : mempengaruhi diksi berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman yang jelas dan efektif
4. Penggunaan Diksi dalam Kalimat
Pada dasarnya (Aninditya Sri Nugraheni: 195) kalimat adalah rangkaian kata terpilih yang mengandung unsur-unsur tertentu, seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan (S-P-O-K). Dalam hal ini, kemampuan memilih kata-kata atau diksi sangat menentukan kualitas kalimat yang akan disusun. Dalam perkembangan selanjutnya, kalimat dituntut untuk lebih efektif agar tidak boros kata-kata dan membuat makna didalamnya menjadi kabur. Kalimat yang komunikatif, mampu menyampaikan pesan, gagasan, perasan, ataupun pemberitahuan sesuai maksud penulis.
Berikut ini merupakan teknik untuk menggunakan diksi dengan baik :
a. Ringkaslah kalimat yang akan disampaikan
b. Hindari pengulangan kata yang tidak perlu
c. Hindari pengulangan anak kalimat
d. Hindari mendahulukan kata kerja
e. Jangan menempatkan kata kerja yang penting di akhir kalimat, karena biasanya secara lisan kita akan menurunkan suara di akhir kalimat.
Pada dasarnya (Aninditya Sri Nugraheni: 195) kalimat adalah rangkaian kata terpilih yang mengandung unsur-unsur tertentu, seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan (S-P-O-K). Dalam hal ini, kemampuan memilih kata-kata atau diksi sangat menentukan kualitas kalimat yang akan disusun. Dalam perkembangan selanjutnya, kalimat dituntut untuk lebih efektif agar tidak boros kata-kata dan membuat makna didalamnya menjadi kabur. Kalimat yang komunikatif, mampu menyampaikan pesan, gagasan, perasan, ataupun pemberitahuan sesuai maksud penulis.
Berikut ini merupakan teknik untuk menggunakan diksi dengan baik :
a. Ringkaslah kalimat yang akan disampaikan
b. Hindari pengulangan kata yang tidak perlu
c. Hindari pengulangan anak kalimat
d. Hindari mendahulukan kata kerja
e. Jangan menempatkan kata kerja yang penting di akhir kalimat, karena biasanya secara lisan kita akan menurunkan suara di akhir kalimat.
5. Kesalahan dalam Pemilihan Diksi
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa.
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya-tetapi seharusnya tidak hanya-tetapi juga; bukan hanya-tetapi seharusnya bukan hanya-melainkan juga.
d. Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak bersesuaian. Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan; membicarakan tentang seharusnya berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.
e. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun).
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa.
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya-tetapi seharusnya tidak hanya-tetapi juga; bukan hanya-tetapi seharusnya bukan hanya-melainkan juga.
d. Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak bersesuaian. Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan; membicarakan tentang seharusnya berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.
e. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun).
Sumber :
http://sukmadyu.wordpress.com
http://www.slideshare.net/Oki16/diksi-dan-gaya-bahasa
http://www.slideshare.net/icadienica/diksi-18475909
Tidak ada komentar:
Posting Komentar