Tahun politik dinilai kalangan
dunia bisnis sebagai hal yang positif. Banyaknya uang yang keluar yang dipakai
untuk belanja politik menjadi peluang bisnis yang baik.
Pengusaha UKM Susanto mengungkapkan, tahun pemilu justru menjadi peluang tumbuhnya perekonomian bagi kalangan pengusaha. Setiap calon legislatif atau pun presiden berlomba-lomba menarik masyarakat untuk menjadi simpatisan. Hal ini akan membutuhkan tingkat konsumsi yang tinggi.
"Saya selaku pengusaha sehari-sehari jualan mie, bihun, abon, pokoknya ritel, justru pemilu ini luar biasa. Orang kampanye kan minimal ada kaos, minum, snack. Ini konsumsi masyarakat akan meningkat karena setiap caleg bersaing sehingga banyak sekali uang-uang dikeluarkan. Ini ada kesempatan konsumsi snack, nasi bungkus yang tinggi jadi secara umum pemilu positif di mata pengusaha," kata Susanto saat Diskusi Opini Live PILIHAN INDONESIA Pemilu di mata dunia usaha, di Resto Bengawan Solo, Grand Sahid Hotel, Jakarta, Minggu (23/3/2014).
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama RNI Group Ismed Hasan Putro mengatakan, secara umum dalam 10 tahun terakhir, tahun politik tidak berpengaruh signifikan dalam dunia usaha. Bahkan, dalam 5 tahun terkahir, tahun pemilu sudah menjadi 'zona nyaman' bagi para pengusaha.
"2004 dan 2009 pemilu seperti festival, dunia usaha dalam 5 tahun terakhir sudah nyaman dengan suhu politik karena seperti apa pun politik tidak akan mempengaruhi dunia usaha, kita akan terus tumbuh," kata dia.
Menurutnya, demokrasi di Indonesia saat ini sudah mulai matang. Adanya hiruk-pikuk politik menjadi hal yang lumrah. Yang perlu diwaspadai adalah tingginya angka korupsi di Indonesia. Hal ini bisa menggerogoti tumbuhnya perekonomian di Indonesia.
"Demokrasi politik mulai matang. Kayak di Jepang pemilu tidak berpengaruh. Negara-negara mapan secara ekonomi bisa menjadi referensi. Kita optimistis kedewasaan demokrasi akan akan membuat ekonomi tumbuh," paparnya.
"Problem terbesar adalah korupsi tapi di China dan Korsel juga banyak korupsi tapi mereka ada penindakan tegas. Pemilu jangan dilihat sebagai ancaman karena diharapkan dari waktu ke waktu mencari pemimpin yang friendly terhadap dunia usaha dan menarik investor asing," pungkasnya.
Pengusaha UKM Susanto mengungkapkan, tahun pemilu justru menjadi peluang tumbuhnya perekonomian bagi kalangan pengusaha. Setiap calon legislatif atau pun presiden berlomba-lomba menarik masyarakat untuk menjadi simpatisan. Hal ini akan membutuhkan tingkat konsumsi yang tinggi.
"Saya selaku pengusaha sehari-sehari jualan mie, bihun, abon, pokoknya ritel, justru pemilu ini luar biasa. Orang kampanye kan minimal ada kaos, minum, snack. Ini konsumsi masyarakat akan meningkat karena setiap caleg bersaing sehingga banyak sekali uang-uang dikeluarkan. Ini ada kesempatan konsumsi snack, nasi bungkus yang tinggi jadi secara umum pemilu positif di mata pengusaha," kata Susanto saat Diskusi Opini Live PILIHAN INDONESIA Pemilu di mata dunia usaha, di Resto Bengawan Solo, Grand Sahid Hotel, Jakarta, Minggu (23/3/2014).
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama RNI Group Ismed Hasan Putro mengatakan, secara umum dalam 10 tahun terakhir, tahun politik tidak berpengaruh signifikan dalam dunia usaha. Bahkan, dalam 5 tahun terkahir, tahun pemilu sudah menjadi 'zona nyaman' bagi para pengusaha.
"2004 dan 2009 pemilu seperti festival, dunia usaha dalam 5 tahun terakhir sudah nyaman dengan suhu politik karena seperti apa pun politik tidak akan mempengaruhi dunia usaha, kita akan terus tumbuh," kata dia.
Menurutnya, demokrasi di Indonesia saat ini sudah mulai matang. Adanya hiruk-pikuk politik menjadi hal yang lumrah. Yang perlu diwaspadai adalah tingginya angka korupsi di Indonesia. Hal ini bisa menggerogoti tumbuhnya perekonomian di Indonesia.
"Demokrasi politik mulai matang. Kayak di Jepang pemilu tidak berpengaruh. Negara-negara mapan secara ekonomi bisa menjadi referensi. Kita optimistis kedewasaan demokrasi akan akan membuat ekonomi tumbuh," paparnya.
"Problem terbesar adalah korupsi tapi di China dan Korsel juga banyak korupsi tapi mereka ada penindakan tegas. Pemilu jangan dilihat sebagai ancaman karena diharapkan dari waktu ke waktu mencari pemimpin yang friendly terhadap dunia usaha dan menarik investor asing," pungkasnya.