Sabtu, 25 Oktober 2014

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain. Kalimat hasil kutipan pembicaaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya. Bagian ujaran/ucapan diberi tanda petik (“….” ) dapat berupa kalimat perintah, berita, atau kalimat tanya. 

Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang melaporkan ucapan atau ujaran orang lain. Bagian kutipan dalam kalimat tak langsung semuanya berbentuk kalimat berita

Unsur – unsur dalam kalimat :
SUBJEK
Disebut juga pokok kalimat.
Merupakan unsur inti dari kalimat.
Biasanya berupa kata benda atau kata lain yang dibendakan.
Untuk mencari subjek dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata tanya “siapa” dan “apa”.
Contoh :
Ardi bermain bola.
Siswa kelas VI sedang menjalani ujian.
PREDIKAT
Merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk menerangkan subjek.
Biasanya berupa kata kerja atau kata sifat.
Untuk mencari predikat dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”.
Contoh :
Rini menyanyi dengan merdu.
Tono membaca buku.
Ayah bekerja di BUMN.
OBJEK
Merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan predikat.
Biasanya terletak di belakang predikat.
Dalam kalimat pasif, objek menduduki fungsi subjek.
Terdiri dari dua macam yaitu objek penderita dan objek penyerta
Objek penderita adalah kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.
Makna objek penderita :
Penderita
Contoh :  Pak Ali membajak sawah
Penerima
Contoh :   Ibu menjahit baju adik
Tempat
Contoh  :  Wisatawan mengunjugi Pulau Bali.
Alat
Contoh :   Andi melempar bola ke arah Budi.
Hasil
Contoh :   Anak-anak mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
Objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Makna objek penyerta :
Penderita.
Contoh :   Ibu membelikan adik buku baru.
Hasil.
Contoh :  Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.
KETERANGAN
Mempunyai hubungan y ang renggang dengan predikat.
Jenis-jenis keterangan :
>     Keterangan tempat
Contoh :  Ayah akan perdi ke Surabaya
>     Keterangan alat
Contoh  :  Ibu memotong sayuran dengan pisau
>     Keterangan waktu
Contoh :   Andi belajar matematika pukul 8 malam
>     Keterangan tujuan
Contoh  :  Bayi harus minum susu supaya sehat
>     Keterangan penyerta
Contoh :   Ibu pergi ke pasar bersama kakak.
>     Keterangan cara
Contoh :   Bacalah buku itu dengan seksama
>     Keterangan similatif
Contoh  :  Pak Doni berbicara di rapat sebagai ketua panita
>     Keterangan sebab
Contoh  :  Toni tidak naik kelas karena malas belajar

Pola Kalimat

§  Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini
dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contoh :
Alveuscia sedang duduk
S               P
Tulisannya jelek
S             P

§  Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek.
Contoh :
Ibu sedang memasak jengkol
S                 P                       O

§  Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Contoh :
Pannaadhy beternak bebek
S             P            Pel

§  Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Contoh :
Rahma mengirimi Audra surat
S                P               O        Pel

§  Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan.
Contoh :
Shella berasal dari Cibinong
S            P                 K

§  Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Contoh :
Christiana membaca komik di Perpustakaan
S               P             O                   K
Macam-macam Kalimat
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
1.                 Kalimat Majemuk Setara
2.                 Kalimat Majemuk Rapatan
3.                 Kalimat Majemuk Bertingkat
4.                 Kalimat Majemuk Campuran

1. Kalimat majemuk setara 
à Kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang bersamaan situasinya.
1.                 Vita pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
2.                 Fadilah berangkat ke  toko (kalimat tunggal 2)
·        Vita pergi ke pasar sedangkan Fadilah berangkat ke toko (kalimat majemuk)
·        Fadilah berangkat ke toko sedangkan vita pergi ke pasar. (kalimat majemuk)

2.Kalimat Majemuk Bertingkat
à adalah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/sederajat.
1.                 Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
2.                 Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
·        Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
·        Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)
3.Kalimat majemuk rapatan

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
1.                 Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
2.                 Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
3.                 Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
·        Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
4.Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1.                 Denver bermain dengan Taufik. (kalimat tunggal 1)
2.                 Ariena membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.                 Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
·        Denver bermain dengan Taufik, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran).

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat#Kalimat_majemuk_setara
http://abcdanis.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-contoh-kalimat-majemuk.html
http://christianasella.blogspot.com/
http://elgrid.wordpress.com/2011/12/26/unsur-unsur-kalimat/


Sabtu, 18 Oktober 2014

1. Pengertian Diksi
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan.
Menurut Hermandra, diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Menurut Gorys Keraf, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
            Jadi dapat disimpulkan diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan maksud tertentu yang disampaikan dengan gaya yang selaras agar mudah dipahami. Diksi bukan sekedar memilih kata yang tepat, namun harus sesuai dengan nilai yang diakui oleh masyarakat.
2. Syarat-Syarat Ketetapan dan Kesesuaian Diksi
            Ketetapan Diksi adalah sebuah kemampuan sebuah kata untuk menimbukan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara,maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memlih-milih katanya untuk mencapai maksud dari kata tersebut. Berikut syarat-syarat ketetapan diksi :
a. Mampu membedakan secara cermat makna denotasi dan konotasi
            Denotatif adalah makna yang sebenarnya dari sebuah kata. Contoh: Dia sedang makan nasi uduk. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna memasukan makanan dalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Contoh : Dia makan waktu banyak untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna menghabiskan waktu.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
            Kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh : muka, paras, wajah yang bermakna bagian depan kepala, dr dahi atas sampai ke dagu dan antara telinga yg satu dan telinga yg lain.
c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam cara mengeja
            Kelompok kata yang memiliki kesamaan bunyi dalam ejaan, namun memiliki tulisan yang berbeda disebut homofon. Contohnya kata “massa” yang bermakna jumlah yang banyak, sedangkan kata “masa” bermakna waktu.
Kelompok kata yang memiliki kesamaan huruf namun berbeda bunyi ejaan disebut homograf. Contohnya kata “apel” bisa bermakna wajib hadir dl suatu upacara resmi atau salah satu jenis buah.
d. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
            Kata-kata yang diciptakan sendiri ada 2 macam, yaitu jargon dan slang. Jargon adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi atau kelompok tertentu. Contohnya “sikon” yang bermakna situasi dan kondisi. Sedangkan slang merupakan kata-kata yang tidak baku yang dibentuk sebagai keinginan untuk tampil berbeda, dan jika kata tersebut telah usang maka akan diganti dengan kata yang lain. Contoh kata “keles” yang berasal dari kata “kali” yang bermakna sebagai perbandingan suatu peristiwa.
e. Mampu memahami kata abstrak dan konkret
            Kata konkret adalah kata yang mudah dimengerti oleh panca indra. Contoh : kursi, meja, mobil. Sedangkan kata abstrak merupakan kata yang tidak dapat dimengerti oleh panca indra. Contoh : mimpi, khayalan, cinta.
f. Dapat membedakan kata umum dan kata khusus
            Kata umum adalah kata yang memiliki cakupan makna yang luas (hipernim). Sedangkan kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih terbatas (hiponim). Contoh kata umum yaitu “melihat”, sedangkan kata khususnya dapat berupa kata “menyaksikan”, “memeriksa”, “melirik”.
Kesesuaian Diksi adalah kecocokan dalam mempergunakan kata, kecocokan pertama tama mencakup soal kata mana yang yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu. Dibutuhkan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, dengan syarat kesesuaiannya :

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan dengan kata tidak baku yang digunkan dalam pergaulan.
Contoh: hakikat (baku) : hakekat (tidak baku)
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
Contoh: kencing (kurang sopan) : buang air kecil (lebih sopan)
3. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
Contoh: sesuai bagi (salah) : sesuai dengan (benar)
4. Menggunakan kata dengan suasana tertentu.
Contoh: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak
5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya ilmiah dan komunikasi non ilmiah menggunakan kata populer.
Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer)
6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.
Contoh : tulis, baca, kerja (bahasa lisan) : menulis, membaca, mengerjakan (bahasa tulis)
3. Elemen Diksi

a. Fonem : satuan bunyi terkecil yg mampu menunjukkan kontras makna
b. Silabel : suku kata
c. Konjungsi : kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat
d. Nomina : kelas kata yg dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak (kata benda)
e. Verba : kata yg menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan (kata kerja)
f. Infleksi : perubahan bentuk kata (dl bahasa fleksi) yg menunjukkan berbagai hubungan gramatika
g. Uterans : mempengaruhi diksi berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman yang jelas dan efektif
4. Penggunaan Diksi dalam Kalimat
            Pada dasarnya (Aninditya Sri Nugraheni: 195) kalimat adalah rangkaian kata terpilih yang mengandung unsur-unsur tertentu, seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan (S-P-O-K). Dalam hal ini, kemampuan memilih kata-kata atau diksi sangat menentukan kualitas kalimat yang akan disusun. Dalam perkembangan selanjutnya, kalimat dituntut untuk lebih efektif agar tidak boros kata-kata dan membuat makna didalamnya menjadi kabur. Kalimat yang komunikatif, mampu menyampaikan pesan, gagasan, perasan, ataupun pemberitahuan sesuai maksud penulis.
Berikut ini merupakan teknik untuk menggunakan diksi dengan baik :
a. Ringkaslah kalimat yang akan disampaikan
b. Hindari pengulangan kata yang tidak perlu
c. Hindari pengulangan anak kalimat
d. Hindari mendahulukan kata kerja
e. Jangan menempatkan kata kerja yang penting di akhir kalimat, karena biasanya secara lisan kita akan menurunkan suara di akhir kalimat.
5. Kesalahan dalam Pemilihan Diksi
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa.
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya-tetapi seharusnya tidak hanya-tetapi juga; bukan hanya-tetapi seharusnya bukan hanya-melainkan juga.
d. Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak bersesuaian. Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan; membicarakan tentang seharusnya berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.
e. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun).

Sumber :

http://sukmadyu.wordpress.com
http://www.slideshare.net/Oki16/diksi-dan-gaya-bahasa
http://www.slideshare.net/icadienica/diksi-18475909

Jumat, 10 Oktober 2014

EYD

Pengertian EYD
     EYD adalah kaidah atau tata cara penggunaan bahasa Indonesia untuk keteraturan dan keseragaman bentuk terutama dalam bahasa penulisan.Keteraturan Bentuk akan memberi ketepatan dan memperjelas makna dari bahasa itu sendiri dalam penggunaannya.Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang berlaku sejak tahun 1972,ejaan ini menggantikan ejaan yang sebelumnya digunakan oleh Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Sekarang kita akan membahas tentang sejarah dari Ejaan Yang Disempurnakan,adapun sejarahnya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan,sudah mengalami perubahan system ejaan yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Suwandi
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Itu adalah sejarah perubahan system penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan,sekarang saya akan menjelaskan perubahan system tersebut

Ejaan Ophuysen                   Ejaan Republik (Ejaan Suwandi)         Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)    
(1901-1947)                         (1947-1972)                                        (Mulai 16 Agustus 1972)
1.       Choesoes                   1.Chusus                                              1.Khusus
2.       Djoem’at                    2.Djum’at                                            2.Jumat
3.       Ja’ni                           3.Jakni                                                 3.Yakni

 Dari perubahan system diatas,perubahan terakhirlah yang digunakan hingga saat ini yaitu Ejaan Yang Disempurnakan(EYD).Selain perubahan system penulisan EYD,ada juga ruang lingkup yang berkaitan dengan penulisan EYD,ruang lingkup tersebut meliputi lima aspek sebagai berikut :
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur
5. Pemakaian tanda baca

 Yang pertama ada Pemakaian huruf,dalam EYD pemakaian huruf adalah bagaimana cara pemakaian huruf yang benar sesuai dengan kaidah atau tata cara dalam EYD,pemakaian huruf tersebut terbagi lagi menjadi 5 bagian diantaranya : 1.Huruf abjad 2.huruf vocal 3.huruf konsonan 4.huruf diftong 5.gabungan huruf konsonan.Selanjutnya ada penulisan huruf,disini penulisan huruf itu harus sesuai dengan EYD agar makna dari penulisan kata tersebut dapat atau mudah dimengerti bagi para pembaca,penulisan huruf tersebut terbagi lagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Penggunaan Huruf Kapital
         1. Jabatan tidak diikuti nama orang
         2. Huruf pertama nama bangsa
         3. Nama geografi sebagai nama jenis
         4. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
         5. Penulisan kata depan dan kata sambung
 2. Penulisan Huruf Miring
         1. Penulisan nama buku
             Contoh: Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung.
         2. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
            contoh: boat modeling, aeromodeling, motorsport.
         3. Penulisan kata ilmiah
             Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.


      Selanjutnya ada penulisan kata adalah penulisan kata yang biasa kita gunakan pada kehidupan sehari – hari dan penulisan kata tersebut terbagi menjadi 9 jenis yaitu :
1. Kata dasar
2. Kata turunan ( kata berimbuhan )
3. Kata ulang
4. Gabungan kata
5. Kata depan/preposisi (di,ke,dari,dalam,kepada,pada)
6. Kata sandang ( si dan sang )
7. Partikel
8. Singkatan dan akronim
9. Angka dan lambang bilangan

 Setelah penulisan kata,selanjutnya ada lagi tentang penulisan unsur serapan.Penulisan unsur serapan disini maksudnya adalah seringkalinya mengambil dan menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan,situasi dan kondisi yang ada.Berdasarkan taraf integritasnya ,unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian yaitu : 1.Secara adopsi
2.Secara adaptasi.
       Dan yang terakhir adalah pemakaian tanda baca,pemakaian tanda baca itu sendiri sangat banyak dan masing – masing memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda – beda pula contohnya adalah sebagai berikut :

  1. Tanda Titik (. )
      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
 
 2. Tanda Koma ( , )         
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapidan melainkan.

3.    Tanda Titik Koma (; )
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian­bagian kalimat yang sejenis  
      dan setara.

4.    Tanda Titik Dua ( : )
anda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
   
5.     Tanda Hubung ( – )           
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
       
6.    Tanda Pisah ( – )
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebi jelas.

7.    Tanda Elipsis ( … )
Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
 Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Tanda Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang      kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

Tanda Kurung (   )
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
   Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat      juga diikuti oleh kurung tutup saja.
   Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat    atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
   Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Tanda Petik (“… “)
   Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
   Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.

Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaia  tanada kurung)

Tanda Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)

Tanda Kurung Siku ([... ])
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.

      Tanda Garis Miring ( / )
      1.  Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
      2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor   alamat
      3.  Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )
      4. Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.

Contoh Wacana Menggunakan EYD.

          Asep Syamsul M. Romli ( dosen mata kuliah bahasa jurnalistik) menjelaskan peran EYD dan penggunaan EYD dalam bahasa jurnalistik. Beliau menjelaskan, EYD merupakan aturan tata Bahasa Indonesia yang baku. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan baik, maka harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini adalah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan Bruneidarussalam.

      Sumber:
radaycool.blogspot.com